Kamis, 28 September 2017

JALUR ENERJI DZIKIR DALAM TUBUH

Di antara kelompok sufi (tasawuf) ada yang mendakwakan bahwa riyadhah (latihan) ruhani yang dilakukan seorang sufi bagi dirinya akan menyampaikan ke suatu tingkatan dimana ia dapat menyikapkan isyarat-isyarat qudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al- Qur’an, dan akan tercurah pula ke dalam hatinya dari limpahan ghaib, pengetahuan subhani yang dibawa ayat-ayat itulah yang disebut Tafsir al-Isyari. 
Manna Khalil al-Qattan menyatakan bahwa setiap ayat mempunyai makna zahir dan makna batin (tersembunyi). Makna zahir ialah segala sesuatu yang segera mudah dipahami akal pikiran sebelum lainnya, sedangkan makna batin adalah isyarat-isyarat tersembunyi di balik itu yang hanya nampak dan diketahui maknanya oleh para ahli tertentu (ahli suluk). [1]


Para sufi umumnya berpedoman kepada hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ الِلَّهِ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الِلَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أُنْزِلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ ، لِكُلِّ آيَةٍ مِنْهَا ظَهْرٌ وَبَطْنٌ " .
Drai Ibnu Mas’ud Ra. Berkta, Rasulullah Bersabda: Al-quran diturunkan tujuh huruf, setiap ayat darinya terdapat makna dhohir dan bathin.” (Hr. Shohih Ibn Hibban)[2]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أُنْزِلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ ، لِكُلِّ آيَةٍ مِنْهَا ظَهْرٌ وَبَطْنٌ ، وَلِكُلِّ حَدٍّ مُطَّلَعٌ "

Dari Abdullah berkata: Rasulullah Bersabda: Al-quran diturunkan 7 huruf, setiap ayat darinya terdapat makna dhohir dan bathin, dari setiap batasan memiliki tempat untuk melihatnya (Hr. At-Thohawy) [3]

Hadits di atas, adalah merupakan dalil yang digunakan para sufi untukmenjustifikasi tafsir mereka yang eksentrik. Menurut mereka di balik makna dhahir, dalam redaksi teks Al-Qur’an tersimpan makna batin.Mereka menganggap penting makna batin ini. Nashiruddin Khasru misalnya, mengibaratkan makna zahir seperti badan, sedang makna batin seperti ruh; badan tanpa ruh adalah substansi yang mati. Tidak heran bila para sufi berupaya mengungkap makna-makna batin dalam teks Al-Qur’an. Mereka mengklaim bahwa penafsiran seperti itu bukanlah unsur asing (Gharib) [4]

Dalam Tubuh manusia terdapat jalur-jalur enerji yang dapat membantu bagi seorang salik ketika berdzikir bisa berfungsi secara tepat sasaran dan membuka jalur dzikir dalam tubuh. Sehingga seluruh tubuh akan dipenuhi enerji dzikir secara total untuk mencapai pencerahan Ruhani. Jalur enerji itu diebut dengan lathoif.
Ada pun dasar pegangan adanya lathaif ini dalam diri manusia adalah berdasarkan pada ke wahyu Ilahi yaitu


وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ

Artinya: Dan Sesungghnya kami telah menciptakan diatas kamu tujuh jalan [tujuh buah langit] dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan kami. [QS: Almu`minun: 17].

Ayat ini adalah sebagai dasar bagi terwujudnya lathaif yang menjadi `pintu masuk` ke demensi spritual dalam perjalanan tareqat ini dan barangsiapa tetap beristiqamah mengetuk pintu ke Dimensi Spritual, Insya Allah akan dibukakan kepadanya jalan makrifatullah.

Tujuh lathoif

Dalam istilah ahli tasawuf lathoif yang 7 itu berada dalam diri manusia sangat dekat dan keberadaanya sesungguhnya sangatlah rahasia, namun kalau kita lihat dari segi lahirnya ada titik yang menuju kehakikat keberadaanya, ibarat tombol hp atau komputer . Adapun ketujuh lathoif itu adalah

1. Latifatul-qolby. Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya, Insya Allah pada tingkat ini digantidengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Latifatul-roh. Di sini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah sususebelah kanan, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah di isi dengan khusyu’ dan tawadhu’.

3. Latifatus-sirri. Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah danpendendam, letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allahdiganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah.

4. Latifatul-khafi. Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari diatas sususebelah kanan, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat syukur dansabar.

5. Latifatul-akhfa. Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, letaknya ditengah-tengah dada, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’,tadarru dan tafakur.

6. Latifatun-nafsun-natiqo. Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-angan, letaknya tepatdiantara dua kening, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat tenteramdan pikiran tenang.

7. Latifah kullu-jasad. Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala, dengan baca dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal. [5]
Tujuh Cakra

Dalam tradisi Yoga dan Reiki juga terdapat jalur enerji dalam tubuh. Pada tubuh manusia terdapat pusat-pusat energi yang disebut chakra. Cakra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti roda. Disebut demikian karena bila dilihat dari depan bagaikan sebuah roda yang berputar. Gambaran roda ini timbul karena chakra sebenarnya terdiri atas beberapa lembaran daun (yang bervariasi jumlahnya pada tiap chakra) yang berputar dan mengelilingi pusatnya yaitu inti chakra.

Cakra terdiri atas daun-daun chakra dan inti chakra. Jumlah dari Cakra diseluruh lapisan tubuh manusia seluruhnya ada 365 buah. Yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu chakra utama, chakra biasa dan chakra mini. Karena banyaknya jumlah Cakra tersebut maka kita hanya akan membahas chakra utama yang berjumlah tujuh.

Cakra utama tersebut adalah:

1. Chakra Mahkota yang letaknya berada di atas kepala
2. Chakra Ajna yang letaknya di antara kedua alis.
3. Chakra Tenggorokan
4. Chakra Jantung
5. Chakra Pusar
6. Chakra Sex 
7. Chakea Dasar yang letaknya di pantat. [6]

Para pembaca mungkin menganggap penulis mengaitkan cakra –cakra dengan ayat – ayat al-Qur’an, dalam Islam tidak ada konsep jalur enerji dalam tubuh . Benarkah demikian...?

Sebagai bukti dan dalil yang menguatkan bahwa dalam Islam juga menyinggung konsep jalur enerji baik dalam thorikoh yang disebut dengan tujuh lathoif atau di dalam yoga disebut cakra adalah sebuah doa yang dipkratekkan sendiri oleh Nabi Muhammad Saw. Ketika sholat malam yaitu:

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra. ia mengatakan, Suatu malam aku menginap di rumah tanteku Maimunah. Pada malam tersebut nabi saw. bangun dan melaksanakan tuntutan biologisnya. Setelah membasuh wajah dan kedua tangannya, ia tidur, kemudian bangun lagi. Setelah itu beliau menuju ke gerabah (yaitu tempat untuk menyimpan air terbuat dari kulit) lalu membuka penutupnya dan berwudu sebaik dan sesempurna mungkin.Melihat beliau berdiri untuk salat, akupun ikut salat. Secara diam-diam aku segera berwudu. Semula aku memilih tempat di sebelah kiri, namun kemudian beliau menarik tanganku supaya aku pindah ke sebelah kanan saja. Rasulullah saw. secara sempurna melakukan salat malam sebanyak tiga belas rakaat. Setelah rebahan sejenak, dia tidur sampai mendengkur, kebiasaan dia kalau tidur memang mendengkur. Kemudian datang Bilal kepada beliau seraya mengumandangkan azan. Nabi bergegas bangun lalu salat tanpa wudu terlebih dahulu. Sedangkan doa yang ia panjatkan adalah,

اللهم اجعل في قلبي نورا وفي بصري نورا وفي سمعي نورا وعن يميني نورا وعن يساري نورا وفوقي نورا وتحتي نورا وأمامي نورا وخلفي نورا وعظم لي نورا

Ya Allah! Nyalakan cahaya dalam hatiku, pada pandanganku, dari arah kananku, dari arah kiriku, di atasku, di belakangku, di depanku, di belakangku dan limpahkanlah cahaya kepadaku (Hr. Muslim) [7]

Dalam riwayat lain disebutkan lebih lengkap:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شِمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا. (اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ … ونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ) (وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا) (وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ).

Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatan-ku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untuk-ku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”[Ya Allah, ciptakan-lah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”][“Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”][“dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”] (Hr. Muslim) [8]

Jumlah dari cakra di seluruh lapisan tubuh manusia seluruhnya ada 365 buah, yang menyebar diseluruh tubuh, maka doa yang diajarkan nabi di atas, secara global sama dengan mengaktifkan cakra-cakra atau jalur enerji secara afirmasi dengan doa. 
Jika doa di atas diamalkan tiap malam dengan benar, maka jalur-jalur enerji cakra dalam tubuh akan aktif, sehingga menjadi manusia yang bercahaya.

Jika semua jalur enerji dalam tubuh manusia yang berupa tujuh lathoif dan tujuh cakra diaktifkan dan dibuka dengan dzikir, maka seluruh kotoran dan dosa yang ada di tubuh, jiwa, hati akan luntur, dan seluruh tubuh akan bercahaya, sehingga bisa membantu kita untuk mi’roj menuju Allah.

Selama ini para pengikut thorikot kelemahannya adalah jalur-jalur enerji yang tidak penuh aktif, sehingga menyebabkan jalur enerji tubuh tidak berfungsi, maka hasil dzikirnya tidak sempurna. Maka jangan heran jika banyak para pengikut thorikot sudah tahunan tapi tingkat spritualnya passif dan tidak berkembang.
Sedangkan para praktisi Yoga/Reiki banyak yang terjebak dalam sensasi enerji, sehingga lupa tujuan yang utama yaitu pencerahan spritual. Untuk itu kita harus mensucikan niat, agar semata-mata ibadah/dzikir itu untuk Allah, bukan untuk mencari kesaktian, penyembuhan, melihat ghoib dll.

اِلَهِى اَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ

“Wahai Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju dan Keridhaanmulah yang kucari"



Literatur:
[1] Manna` Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an, Terj. Mudzakir AS, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1992) hal. 489, http://library.tafsir.net/book/5136
[2] http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
[3] http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…
[4] Ahmad asy-syibashi, sejarah Qur’an (Jakarta: pustaka Firdaus,1994),h. 133.
[5] http://abokhomrah.ahlamontada.net/t1196-topic
[6] http://www.chakras.info/7-chakras/ 
http://ceritarakyat-rafi.blogspot.com/…/jenis-jenis-cakra-m…
[7]https://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php… 
[8] http://sunnah.com/muslim/6/225 
http://7a9ad.com/index.php/cats/4/427-noora




By : Cahaya Gusti

MEKANISME PROSES DZIKIR


anusia mempunyai kelebihan di antara semua makhluk. Kelebihan itu ialah bahwa manusia mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi materi, yang di dalam filsafat dinamakan juga dengan dimensi hewani. Di dalam filsafat, jisim manusia dinamakan dengan gharizah (insting) atau raghbah (kecenderungan), sementara di dalam ilmu akhlak dan irfan Islami dinamakan dengan orientasi hewani, atau dimensi hewani manusia. 

Manusia juga mempunyai dimensi spiritual. Dimensi ini adalah dimensi malakuti, yang di dalam filsafat dinamakan dengan ruh. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari ruh dan jisim (jasad). 


Hakekat manusia adalah Ruh, ketika Ruh dibungkus jasad, maka tujuan manusia adalah bagaimana peranan Ruh itu sangat dominan dari pada jasad. Hal ini telah disinggung oleh Nabi saw.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Tirmidzi) [1]

Tubuh dan kebutuhannya kepada materi (keduniaan) adalah sebuah tembok batu penjara bagi ruh, sebaliknya memenuhi kebutuhan jasad adalah sebuah surga bagi penyembah hawa nafsu. Nah, dzikir/meditasi adalah salah satu cara untuk merobohkan tembok penjara, agar ruh bisa keluar dan mendominasi tubuh manusia.

Proses Dzikir

Dzikir adalah suatu usaha daya dan upaya untuk mengingat Alloh baik dalam hati, pikiran dan fisik (lisan). Dzikir yang diulang-ulang dalam waktu yang lama dan kontinyu setiap hari dengan perhatian penuh menghasilkan getaran-getaran gelombang elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus menerus menggesek hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan cahaya.

Pancaran cahaya di hati kita mengimbas ke seluruh bio elektron di tubuh kita. Ketika cahaya tersebut mengimbas ke miliaran bio elektron di seluruh tubuh, maka tiba-tiba badan kita akan memancarkan cahaya tipis yang disebut 'Aura'.

Hati manusia adalah pusat motorik dzikir, penggerak keseluruh tubuh melalui jalur-jalur enerji di tubuh yang berupa tujuh lathoif, tujuh cakra dan jalur kundalini.

تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ

Gemetar karenanya, kulit orang-orang yang takut kepada Rabb-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka, di waktu mengingat (dzikir) Allah. (QS. Az-Zumar [39]:23)

Ibnu Katsir menjelaskan, Firman Allah: taqsya’irru minhu juluudulladziina yakhsyauna rabbaHum tsumma taliinu juluuduHum wa quluubuHum ilaa dzikrillaaH (“Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”) maksudnya inilah sifat al-Abraar [orang-orang yang banyak berbakti] ketika mendengar kalam Allah Yang Mahabesar, Mahaperkasa dan Mahapengampun. Dikarenakan apa yang mereka pahami darinya berupa janji dan ancaman, rasa takut dan ancaman keras, kulit-kulit mereka gemetar karena khawatir dan takut.

Tsumma taliinu juluuduHum wa quluubuHum ilaa dzikrillaah (“kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”) terhadap apa yang mereka harapkan dan angankan dari rahmat dan kasih sayang Allah. Mereka berbeda dengan orang selain mereka yang durhaka.

Abdurrazzaq berkata, Ma’mar bercerita kepada kami, Qatadah membaca: taqsya’irru minHu juluudulladziina yakhsyauna rabbaHum tsumma taliinu juluuduHum wa quluubuHum ilaa dzikrillaaH (“Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”) dia berkata: “Ini adalah sifat para wali Allah. Allah Ta’ala mengaruniai sifat ini kepada mereka; kulit mereka gemetar, mata mereka menangis dan hati mereka tenteram di waktu mengingat Allah. Mereka tidak disifati dengan hilang akal dan mabuk karenanya. [2]

Sedangkan Imam al-Baghawi, dalam kitabnya Ma’alimu tanzil, menjelaskan 
Dari 'Ibnu Abbas bin 'Abdul Muthalib, ia berkata, berkata Rasulullah saw, “Man iqsya'rra jilduhu min khasy yatillahi ta'ala tahatat 'anhu dzunubuhu kama yatahatu 'an asy syajratil yabisati waraquha, Kalau kulit hamba bergetar karena takut kepada Allah, maka dosa-dosanya luruh. Seperti luruhnya daun-daun dari pohon yang kering”.

Berkata Rasulullah : kalau seorang hamba kulitnya bergetar karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkannya atas neraka.
Qatadah berkata inilah sifat para wali Allah..
Allah mensifati mereka dengan hatinya bergetar dan tenang ketika menyebut nama Allah. tetapi Allah tidak menyifati mereka bahwa ketika dzikir itu akalnya hilang dan pingsan. Kalau itu bisa terjadi, maka dia berarti ahli bid’ah dan termasuk kelakuan syaitan. [3]

Sedangkan Ali Ash Shobuni, menjelaskan bahwa Allah memberikan karunia keluasan hati (pencerahan) untuk menerima Islam (ajaran-Nya). Dan memberikan tuntunan terhadap hatinya dengan cahaya-Nya sehingga muncul rasa teguh atau mantap dalam hatinya. Yaitu rasa yang muncul dari bashirah dan keyakinan untuk menerima perintah dari Tuhan-Nya. Kemudian beliau menjelaskan bahwa kecelakaan yang besarlah bagi orang yang tidak mau berdzikir atau tidak khusyu' ketika berdzikir kepada Allah dan mereka dalam kesesatan yang nyata.

Ayat berikutnya Allah menjelaskan bagaimana proses petunjuk itu diturunkan kepada orang yang berdzikir. Yaitu tampak bagi orang mukmin itu tanda-tanda keimanannya rasa ketakutan yang dalam tatkala dibacakan ayat-ayat Allah sehingga ia bergetar tubuhnya, disebabkan kedahsyatan yang hebat akan kalam Yang Maha Rahman. Kemudian menjadi lunak, tenang ,kulit (fisik) dan hati mereka tatkala mengingat Allah, yaitu, tathmainnu (tenang) dan taskun (diam/hening) hati dan fisiknya (hati dan fisiknya sudah menjadi satu) tatkala mengingat Allah
.
Bahkan lebih dalam lagi ditafsirkan oleh para Arifin (Ahli Ma'rifat), Apabila mereka melihat Keagungan Allah maka mereka pingsan (thasyu). Dan apabila mereka melihat atsar dari keindahan alam maka mereka menjadi hidup hatinya ('Asyu). Dan berkata Ibnu Katsir : Hal ini merupakan bukti adanya kekuatan dari kalam Yang Maha Perkasa.

Demikian penafsiran dari para Ulama besar yang menyebutkan bahwa proses turunnya hidayah kepada orang-orang mukmin akan mempengaruhi fisik yang masih belum sinkron dengan hati yang tercerahkan, akan tetapi pada ayat tersebut terdapat kata tsumma yang artinya "kemudian", menunjukkan bahwa getaran terhadap fisik itu akan berubah menjadi lunak, hening bahkan hati dan fisik tidak lagi bersimpangan tatkala berdzikir kepada Allah, hal ini bisa dirasakan apabila dijalankan dengan benar.[4] 
Hal ini juga dikuatkan oleh sebuah hadits Nabi yaitu:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ، قَالَ : " عَلَيْكُمْ بِالسَّبِيلِ وَالسُّنَّةِ , فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ ذَكَرَ الرَّحْمَنَ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ فَمَسَّتْهُ النَّارُ أَبَدًا , وَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ ذَكَرَ اللَّهَ فَاقْشَعَرَّ جِلْدُهُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ إِلَّا كَانَ مَثَلُهُ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ يَبِسَ وَرِقُهَا ، فَهِيَ كَذَلِكَ إِذْ أَصَابَتْهَا رِيحٌ فَتَحَاتَّ وَرَقُهَا عَنْهَا إِلَّا تَحَاتَّتْ خَطَايَاهُ كَمَا يَتَحَاتُّ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ وَرِقُهَا , وَإِنَّ اقْتِصَادًا فِي سُنَّةٍ وَسَبِيلٍ خَيْرٌ مِنَ اجْتِهَادٍ فِي غَيْرِ سُنَّةٍ وَسَبِيلٍ , فَانْظُرُوا أَعْمَالَكُمْ , فَإِنْ كَانَتِ اقْتِصَادًا وَاجْتِهَادًا أَنْ تَكُونَ عَلَى مِنْهَاجِ الْأَنْبِيَاءِ

Dari Ubai Bin Ka’ab ia berkata; “Hendaklah kalian mengikuti jalan (yang lurus) dan sunnah, sesungguhnya tidaklah ada seorang hamba yang hidup di dunia ini yang berada di atas jalan dan sunnah, ia dzikir (ingat) kepada Allah laku kulitnya gemetar karena takut kepada Allah, perempumaannya seperti sebatang pohon yang telah kering daunnya sehingga apabila datang angin kencang maka berjatuhan daunnya-, kecuali Allah akan menghapuskan dosa dosa sebagaimana berjatuhan daun pohon tersebut, dan sesungguhnya (amalan yang) sederhana dalam (mengikuti) jalan dan sunnah lebih baik dari (amalan yang) sungguh sungguh (banyak), tetapi menyelisihi jalan dan sunnah, maka perhatikanlah amalan kalian baik dalam keadaan banyak dan sederhana, hendaklah senatiasa berada di atas jalan para nabi dan sunnah mereka”. [Hr.Ibnu Abi Syaibah] [5]

Hati : Pusatnya Dzikir

عَنْ أبي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ)). رواه البخاري ومسلم.
Dari Abu Abdillah an Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, (maka) baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging tersebut buruk, (maka) buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati". [HR. Bukhari] [6]

Tubuh manusia mengandung milyaran bio elektron, yang tersusun dalam sebuah sistem energi yang memiliki simpul utama jantung atau qolbu. Dari simpul utama di jantung, jaringan itu menuju ke organ-organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, paru, dan sebagainya. Di dalam organ tersebut jaringan terpecah menuju sel-sel. Di dalam sel-sel, jaringan listrik itu dipecah lagi menuju molekul-molekul berjumlah jutaan molekul. Dan akhimya seluruh jaringan itu berujung pada elektron-elektron yang berjumlah milyaran.

Jika dalam thorikot pusat enerji ada di Latifatul Qolb dibawah susu kiri, maka dalam Yoga pusat enerjinya ada di cakra Jantung, tempatnya hati nurani. Walaupun ada perbedaan tempat pusat enerji, akan tetapi ketika cakra jantung membesar diseluruh dada atau lima lathoif menyatu menjadi satu, maka hasilnya sama membentuk lingkaran besar di dada.

Itulah mengapa ketika berdzikir atau mediasi harus fokus dihati, Syaikh Ahmad Ibn'Athaillah mengatakan bahwa "Tempat terbitnya berbagai cahaya itu adalah hati dan rahasia-rahasianya".
Cahaya ilmu, cahaya ma'rifat dan cahaya tauhid tempat terbit dan memancarnya ada di dalam hati orang-orang yang ma'rifat dan di dalam rahasia-rahasia mereka (di dalam jiwa mereka). Cahaya-cahaya ini merupakan cahaya yang hakiki karena lebih kuat daya pancarnya daripada cahaya yang terpancar dari berbagai macam bintang.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (al-Anfal: 2)

Ibnu Katsir menjelaskan, mengutip pendapat Mujahid mengatakan bahwa orang mukmin itu ialah orang yang apabila disebut nama Allah hatinya gemetar karena takut kepada-Nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. 
Demikianlah sifat orang yang beriman dengan sesungguhnya, yaitu orang yang apabila disebut Allah gemetarlah hatinya karena takut kepada-Nya, lalu mengerjakan semua perintah¬Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. [7]

Dari hati itulah enerji Dzikir menjalar ke seluruh tubuh, lewat jalur-jalur enerji yang ada dalam tubuh manusia, sehingga seluruh tubuh menjadi bercahaya.
Banyak ayat Qur’an yang menceritakan bahwa kelak di hari kebangkitan, orang beriman dikenal dengan cahaya yang mengiringinya didepan, belakang, kiri dan kanannya. Tubuhnya bermandikan cahaya. Mereka dapat dikenal dengan mudah dari cahaya yang memancar disekitar tubuhnya. Allah menyebutkan hal itu :

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِم بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” ( Qs.Al- Hadid: 12 )

اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي نُوْرًا فِي قَلْبِي وَ نُوْرًا فِي قَبْرِي وَ نُوْرًا بَيْنَ يَدَيَّ وَ نُوْرًا مِنْ خَلْفِي وَ نُوْرًا عَنْ يَمِيْنِي وَ نُوْرًا مِنْ تَحْتِي وَ نُوْرًا مِنْ تَحْتِي وَ نُوْرًا فِي سَمْعِي وَ نُوْرًا فِي بَصَرِي وَ نُوْرًا فِي شَعْرِي وَ نُوْرًا فِيْ بَشَرِي وَ نُوْرًا فِي عِظَامِي. اللَّهُمَّ اعْظِمْ لِي نُوْرًا وَاعْطِنِي نُوْرًا وَاجْعَلْ
لِي نُوْرًا وَ زِدْنِي نُوْرًا وَ زِدْنِي نُوْرًا وَ زِدْنِي نُوْرًا

Ya Allah, jadianlah cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di hadapanku, cahaya di bellakangku, cahaya di kananku, cahaya di kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada pengkihatanku, cahaya pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku, cahaya pada darahku, cahaya pada tulang-tulangku. Wahai Tuhanku, besarkanlah bagiku cahaya dan berikanlah bagiku cahaya dan jadikanlah padaku cahaya dan tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya. (Hr. Muslim) [8]


Daftar Rujukan:

[1] Imam At-Tirmidzi, Sunan Aat-Tirmidzi, Ktab Zuhud, Bab, Bahwasanya Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…
[2] Tafsir Ibnu Katsir http://www.altafsir.com/Tafasir.asp…
[3] Imam al-Baghawi, Tafsir Ma’alimu Tanzil http://www.altafsir.com/Tafasir.asp…
[4] Prof. Mohammad Ali Ash Shobuni, Shafwatut Tafaasir, Beirut, http://www.altafsir.com/Tafasir.asp…
[5] Ibnu Abi Syaibah http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php… 
[6]Shohih Bukhori, http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php….
[7] Tafsir Ibnu Katsier, http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura8-aya2.html…
[8] Shohih Muslim, https://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php…



By : Cahaya Gusti

HUBUNGAN CAKRA DENGAN JIWA



Cakra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti roda, karena memang berbentuk seperti roda yang berputar ke kiri dan ke kanan. Secara umum fungsi cakra adalah sebagai pintu keluar masuknya energi non fisik. 
Sebenarnya cakra erat hubungannya dengan tubuh fisik terutama organ-organ tubuh fisik yg terkait. Seberapa lancar energi keluar masuk ke cakra juga akan mempengauruhi fungsi organ fisik yang terkait .
Di samping itu cakra –cakra yang utama dalam tubuh sangat terkait dengan jiwa manusia, karena di dalam cakra tersebut tersimpan sifat-sifat kecenderungan prilaku manusia.


Diyakini ada 365 titik cakra dalam tubuh manusia, tetapi jumlah titik cakra yang utama (mayor) hanya ada tujuh. Yang tujuh ini sudah dianggap mewakili cakra lain yang jumlahnya ratusan itu.

 Adapun 7 cakra yang utama adalah:

1.Cakra Dasar

Letaknya di tulang ekor, dalam cakra dasar ini terdapat Jiwa Ammarah yaitu jiwa yang selalu berbuat dosa dan maksiat. 
Allah telah berfirman dalam Al-qur’an :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. [Qs. Yusuf: 53 ]

Orang yang jiwanya Ammarah adalah manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsunya:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Surat Al-Furqon 43-44)

Makhluk apa yang lebih rendah derajatnya dari binatang ternak...? yaitu makhluk hidup yang tidak bernyawa. 
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi [al-Baqarah/2:74]

وَقَالُوا أَإِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا قُلْ كُونُوا حِجَارَةً أَوْ حَدِيدًا أَوْ خَلْقًا مِمَّا يَكْبُرُ فِي صُدُورِكُمْ

Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". [al-Isro:49-51]

Adapun sifat-sifat Nafsu Ammaroh diantaranya:

1. Pelit (البخل ).
2. Dengki (الحسد).
3. Bodoh (الجهل).
4. Sombong (الكبر).
5. Marah ( الغضب ).
6. Sangat cinta dunia (الحرص).
7. Senang melakukan perkara jelek/hina (الشهوة).
Jika cakra dasar ini kita gempur dengan membaca dzikir Allah..Allah..Allah 1000x maka semua sifat tujuh di atas akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia. Sehingga hati menjadi lunak, hawa nafsu mulai bisa dikalahkan.

2.Cakra Sex

Berada di daerah pangkal kelamin yang berpengaruh pada vitalitas (kegiatan sex dan reproduksi), dalam Cakra sex terdapat jiwa Aluwamah yaitu jiwa yang mampu memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk,ia menyadari bahwa perbuatan melanggar perintah Allah itu dosa, akan tetapi kadang maksiat, kadang taat, kadang taubat, jiwa yang sering berubah, jiwa yang masih sering terombang-ambingkan antara ketaatan dan kemaksiatan. Allah berfirman:

وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). 
QS. Al-Qiyamah [75]:2)

Dalam jiwa ini juga terdapat jiwa-jiwa binatang yang sifatnya hanya suka memenuhi hasrat sex dan kesenangan. Itulah sifat bahimiyah (binatang) sebagaimana yang disebutkan daam al-Qur’an:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ

هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."(QS. Al-A’raaf: 179)

Adapun sifat-sifat Nafsu Aluwamah itu adalah:
1. Menyesal ( اللوم). 
2. Mengikuti kesenangannya (sexual) (الهوي).
3. Menipu (المكر).
4. Menggunjing (الغيبة).
5. Riyak/pamer (الرياء).
6. Dholim/Aniaya (الظلم).
7. Lupa pada Allah (الغفلة).
8. Bohong(الكذب).
9. Ujub(membanggakan amalnya)( العجب).
Jika cakra sex ini kita gempur dengan membaca dzikir Allah..Allah..Allah 1000x maka semua sifat tujuh negatif di atas dan sifat- sifat binatang dn kecenderungan hawa nafsu sexnya (zina)akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia.

3. Cakra Pusar

Letaknya di pusar, terhubung dengan Jiwa Mulhimah yaitu jiwa yang diberi ilham atau bimbingan oleh Allah, karena dapat mengalahkan jiwa Ammaroh dan jiwa Aluwamah.
Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Dan (demi) jiwa serta penyempurnannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS. Al-Syams [91]:7-8)

Adapun sifat-sifat Nafsu Mulhimah itu banyak sekali, diantaranya : 
1. Dermawan (السخاوة)
2. Qona’ah (القناعة).
3. Taubat (التوبة).
4. Tawadhu’ (التواضع).
5. Sabar (الصبر).
6. Mempertahankan (التحمل).
7. Lemah lembut(الحلم).

Jika cakra pusar ini dijadikan fokus dzikir dengan membaca dzikir Allah..Allah..Allah 1000x maka semua semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin mengembang dan sehingga prilakunya semakin berakhlakul karimah jiwanya menjadi matang.

4.Cakra Jantung

Letaknya di tengah dada, dalam cakra ini terdapat Jiwa Muthmainnah yaitu Jiwa mutmainnah adalah jiwa yang sudah bisa mengendalikan semua sifat dan nafsu-nafsu yang jelek, orang yang mempunyai jiwa akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian selalu, karena hatinya telah dipenuhi iman dan cahaya dari Allah. 
Allah berfirman:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Hai Jiwa Mutmainnah (tenang), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridoi-Nya. (Qs. Al-fajr [89]:27-28)

Jiwa Muthmainnah yang sudah mendapat cahaya dari Allah. Pemilik jiwa ini mulai masuk awal dalam perjalanan menuju Allah, kedudukannya adalah awal dari kesempurnaan.

Adapun sifa-sifat Nafsu Mutmainnah itu banyak sekali, diantaranya : 
1. Memberi (الجود).
2. Tawakkal (التوكل).
3. Ibadah (العبادة).
4. berSyukur (الشكر).
5 Ridho (. الرضى).
6. Takut kepada Allah (خشية).

Jika cakra pusar ini dijadikan fokus dzikir dengan membaca dzikir Allah..Allah..Allah 1000x maka semua semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin menguat dan membesar bagi orangnya. 
Jika istiqomah dalam dzikirnya, maka hati nurani akan terbuka dan aktif, sehingga suara dan bimbingan hati nurani akan membimbing kita dalam segala hal.

5. Cakra Tenggorokan

Letaknya di tenggorokan, di dalamnya terdapat Jiwa Rodhiyah yaitu jiwa kepasrahan total kepada Allah, jiwa seorang muslim yang hakiki, jiwa yang sudah mantab dan yakin serta benar-benar patuh pada Allah, ini adalah jiwa yang menerima dan ridho terhadap kehendak Allah tunduk kepadanya. 
Sebagaimana firman-Nya:

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah meridoi mereka dan merekapun ridho kepada-Nya (QS. Al-Maidah [5]:199)

Adapun sifa-sifat Nafsu Rodhiyah itu banyak sekali, diantaranya :
1. Dzikir (الذكر).
2. Ikhlas (الاخلاص).
3. Menepati janji (الوفاء).
4. Waro’/ menjaga dari perkara syubhat (الورع ).
5. Zuhud (الزهد).
6. kemuliaan(الكرامات).
7. Rindu kepada Allah (العشق).

Jika cakra tenggorokan ini dijadikan fokus dzikir Allah..Allah...Allah 1000x, maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa, sehingga orangnya menjadi bijaksana.
Salah satu tandanya adalah prilakunya lemah lembut, sikap dan ucapannya sangat bijak.

6.Cakra Ajna

Letaknya di kening yaitu diantara dua alis, dalam cakra ini terdapat Jiwa Mardhiyah yaitu jiwa yang diridhoi, jiwa yang dekat dengan sang pencipta. Inilah tahapan ketika jiwa menerima keridhoan Allah dan hal itu bersifat timbal balik. Jiwa secara utuh menjadi menyatu dengan kehendak universal Allah. Dengan kehilangan kehendak dirinya sendiri (kehendak manusia) maka jiwa berada dalam kedudukan sifat fana’ fillah, lebur di dalam Allah.

Adapun sifat-sifat Nafsu Mardhiyyah itu banyak sekali, diantaranya : 
1. Baik budi pekertinya (حسن الخلق ).
2. Belas kasih kepada semua makhluk (اللطف بالخلق).
3. Meninggalkan semua perkara selain Allah(ترك ما سوى الله ). 
4. Taqorrub, mendekatkan diri kepada Allah(التقرب الى الله ).
5. Berfikir tentang keagungan Allah(التفكر فى عظمة الله).
6. Ridho dengan pembagian dari Allah(الرضى بما قسم الله ).

Jika cakra ajna di kening ini dijadikan fokus dzikir Allah..Allah...Allah 1000x, maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa. 
Effek lainya adalah kita akan sering melihat dimensi-dimensi ghaib dan kerajaan langit (malakutis samawat). Sesuai dengan tingkat spritua masing-masing.

7. Cakra Mahkota

Letaknya di kepala, dalam cakra ini terdapat Jiwa Kamilah yaitu jiwa yang telah mencapai pencerahan atau kesempurnaan. Orang yang mencapai derajat ini maka ia akan menjadi jiwa yang tersucikan atau Nafsu Kamilah yaitu jiwa yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya. (QS. Al-Syams[91]:9)

Jiwa yang sudah sampai pada kesempurnaanya dalam bentuk dan karakteristiknya, ia meningkat dalam kesempurnaanya. Jiwa yang sudah dianggap cakap untuk kembali kepada Tuhannya, pekerjaannya memberi mamfaat kepada orang lain dan menyempurnakan amal shalihnya. Inilah jiwa Insan Kamil, manusia sempurna kedudukanya adalah pada tingkat Tajalli Asma serta sifat dan kondisinya Baqabillah, pergi kepada Tuhan, kembali dari pada Tuhan kepada Tuhan, tidak ada tempat/media lain selain Tuhan, Tiada memiliki ilmu melainkan Tuhan langsung pengendalinya, ia fana’ pada Tuhan.

Jika cakra mahkota di kepala ini dijadikan fokus dzikir Allah..Allah...Allah 1000x, maka maka seluruh cahaya dan anerjr akan menyebar ke seluruh tubuh. Inilah yang disebut dengan Sulthonul Adzkar (Rajanya/pusatnya Dzikir) ketika dzikir fokus di kepala (ubun2) maka secara otomatis dzikir itu akan menjalar ke seluruh tubuh dan bercampur dengan darah dan tulang serta sumsum.



  By : Cahaya Gusti